Senin, 20 Februari 2023

Mari Merenda Diksi


 Bismillahirrahmanirrahim ...

Ya Rahman ya Rahim yang Maha Hakim kami bertaslim. Sholawat salam kehadirat Rasul halim karim kami bertakzim.

Ini sudah malam ke delapan belas kita bertaklim, ingin menjadi mualim melewati musim demi musim berganti iklim tidak dengan simsalabim.

Pertemuan ke-18 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) Gelombang 28 membahas "Diksi dan Seni Bahasa" dengan moderator Widya Arema.

Narasumber "Diksi dan Seni Bahasa" adalah Maesaroh, M.Pd yang akrab disebut Maydearly.


Maydearly sebuah nama tanpa titik koma, ia menyadur makna diantara serpihan kata yang melahirkan karya. Tak perlu di tanya alamat blog nya😅 hanya lewat sebuah karya dia pernah berbicara, merupa, menulis, bercerita, dan berdoa sebagai rupa sejarah untuk masa tua.


> Pengertian Diksi

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.


Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

> Mengapa Diksi Begitu Penting dalam Kajian Sebuah Bahasa

Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. 
Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

> Lima Jurus Jitu dalam Mengembangkan Diksi yang Menarik


Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.
Apakah mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah?
Saya merasa takut tulisan saya terdengar garing ketika dibaca.
Menulis itu sederhana, sesederhana mengadukan gula dalam gelas kopi☺️
Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan
Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan
Gampaaaaaaang, libatkan 5 macam panca indera kita

1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

 Contoh : Pada pori-pori angin yang dingin, 
                aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
 
Contoh:
Di kepalaku wajahmu 
masih menjadi prasasti 
dan aroma badanmu 
selalu ku gantungkan 
di langit harapan

3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:
Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh
Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh
Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.
Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.
Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampukan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara.
Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin pasti bisa

> Tantangan menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera

Aku dan Kamu
      ( Oleh : Rosjida Ambawani )

Ku lihat lagi senyum mataharimu
yang buatku terpaku beku
Ku rasakan hembus nafasmu
mengalirkan darah biru rinduku
Ku dengar lembut suara indahmu
menyadarkanku kau bukan siapa-siapaku ...

(Ciamis, 17 Feb 2023)

Tahukah kamu ?
Seorang penulis sejati adalah 
seseorang yang tidak pernah merasa jatuh
seseorang yang tidak pernah menyerah
seseorang yang selalu tersenyum dalan perasaan sedihnya
seseorang yang selalu menciptakan suatu ide yang bagus

Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba. 
Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide-ide baru.
Tidak sulit bukan? Karena yang sulit adalah tidak ingin memulai

> Sesi Tanya Jawab

P1 Endang Ratna Juwita - Bogor
1.Bagaimana caranya kita untuk bisa membuat diksi yg indah dan bisa menyentuh kalbu?
2.Adakah kamus atau buku yang berisi diksi?
3.Bagaimana menyingkirkan keraguan kalau tulisan diksi kita ini pantas untuk di baca?

J11. Cara membuat diksi yang indah yaitu mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.
2. Kamus untuk diksi maybe belum ada. Ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.
3. Tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.

P2 Saepul Hikmah - Rengasdengklok Karawang
Diksi dan puisi tidak bisa dipisahkan, bagaikan sambel dan pedasnya.
Apakah diksi dan puisi ada pada tatanan akal pikiran?  Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana.

J2 Apakah diksi dan ada pada tatanan pikiran? Diksi tak melulu untuk puisi.
Bagaimana diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakkan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara. Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

P3 Saya ingin sekali mencoba menulis puisi tapi saya tidak memiliki kekayaan diksi.
Apa ada tips yang dapat menambah diksi saya sebagai pemula dan apakah langkah awal untuk memulai sebuah puisi

J3 Tips bagaimana cara mengembangkan diksi adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai.
Jadi, siaplah dengan memulai dan membaca.

P4 Imro'atus Sholihah_ Jombang Jatim
Setelah sy mengikuti penjelasan Bu May dari awal tentang Diksi arahnya ke puisi ya.
Apa diksi hanya untuk puisi?
Apa ada syarat-syarat ketepatan diksi?
Materi seni bahasanya?

J4 Disini saya tekankan diksi tak melulu untuk puisi 
Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.Tulisan saya untuk diksi kebanyakan adalah sebuah cerpen.
Diksi adalah bagian dari seni bahasa, karena seni bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara.

P5 Wahyuning - Jakarta : 
Jika menulis adalah my passion, maka membaca adalah my duty. So bagaimana mengolahnya agar 5 panca indera itu tergali? Krn terkadang merasakan saja tidak cukup. 

J5 Bagaimana mengolah panca indera agar tergali? Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa. 
Pepatah mengatakan menulislah dengan hati, karena apa? Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.

P6 Eka Yulia - Kab. Seruyan, Kalteng : Apakah diksi selalu harus yang mengandung arti kiasan?

J6 Diksi tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google disebut dengan sinonim bagaimana tulisan kita tergali dengan baik. Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.


Kiasan itu termasuk peribahasa, bukan diksi.

P7 Rosjida Ambawani

1. Apakah puisi yang bagus itu yang sulit dipahami? Yang menjadikan kita mengernyitkan dahi dalam memahami?

2. Jika kita ingin mengungkapkan suatu rasa dan itu ternyata susah mencari diksi yang pas  manakah yang lebih penting : ungkapan rasa yang lebih tepat terungkap atau mencari dulu diksi yang serasi?

J7 1. Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi.

2.Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

P8 Toto - Bekasi : Apakah ada contoh diksi indah dalam karya tulis ilmiah?

J8 Jika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema sastra.

P9 Alfanita-Tangerang : Bagaimanakah seharusnya sikap seorang penulis diksi ketika keadaan hati dan pikirannya sedang berkecamuk atau tidak baik-baik saja namun bisa tetap membuat tulisan/diksi yg bermakna dan menyentuh hati?

J9 Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. 
Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Makin emosi biasanya diksinya makin banyak. Makin baper, makin super. Makin bucin tulisan makin micin (nano-nano) karena selalu libatkan hati.

P10 Evridus Mangung - NTT :
1. Apakah pemilihan diksi harus disesuaikan dengan pembaca/pendengar?
2. Bagaimana teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti?

J10 1. Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca. 
2. Teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti? Kuurang faham dengan pertanyaannya
Diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca bukan?

P11 Musiroh - Sidoarjo : Ketika sekelompok kata tiba-tiba muncul menjadi kalimat yg berhamburan keluar dari hati lewat pikiran dan tertoreh diatas kertas menjadi sebuah catatan, apakah perlu diksi khusus sbg label atas serangkaian kata yg muncrat mbak lumpur Lapindo ?

J11 Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik☺️

Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.





(Rosjida Ambawani, dari kota kecil Ciamis, Resume Pertemuan ke-18 Kelas Belajar Menulis Nusantara - KBMN  Gelombang 28, malam menyapa saat mata melupa tapi nurani terjaga ...  )






5 komentar: