Minggu, 25 September 2011

Aku Rindu


Aku rindu binar embun yang buatku terjaga dari mimpi-mimpi kelamku
Aku rindu kilau mentari yang hangatkan jiwa dari jelaga lelah letihku
Aku rindu bening telaga yang basahi harapanku dari kering suram langkahku
Aku rindu senyum lepasmu yang warnai cerita kita yang pernah ada di penggal perjalananku
                 
                 ( Ever lasting memories, awal Sept 2011)

Letihku, Sepiku, Resahku





Letihku ku tinggalkan di penat jejak
dan kuguyurkan lazuardi ke atas rongga jeda

Sepiku ku gayutkan di bidang pundakmu
bawa aku melayari jeram jurang
'tuk buai resahku agar tak kembali datang
menggapai keniscayaan

Sabtu, 24 September 2011

Taufan



Tuhan tlah jalinkan persaudaraan
di suatu masa
di antara hari-hari kita

Seperti tlah tersuratkan
rentang waktu berjalan
menemani keterasingan
menjalin kebersamaan

Tak ada yang sangka
Taufan meluluhlantakkan
Gelombang menenggelamkan
Aku tak percaya
Sungguh tak menyangka ....

                                                    ( 22 Sept 2011)

Pandang Bening Hatiku


Pandang bening hatiku
adakah tirai dusta di sana
atau lorong hitam menganga
ataukah belati tajam membuka

Cukup waktu bagimu
tahu hati dan relungku
mimpi dan asaku
sedih dan bahagiaku
luka dan harapku

Jika pada akhirnya
semua sia-sia
oh tlah tiba masanya
semua harus kembali sedia kala
takdir hanya di sini saja
                                                       ( 22 Sept 2011)

Aku Tlah Lalui Jalan Itu


Aku tlah lalui jalan itu
terjal dan berliku
tanah bongkah merekah
bukit cadas memanas
rumput meranggas

Aku tlah lalui jalan itu
kering dan berdebu
peluh mengucur
asa melebur
jejak membentur

Aku tlah lalui jalan itu
dan perjalanan masih belum usai
jauh tak bertepi
langkah mengurai
kerontang menuai
tiada jabat menjuntai
temani palung terderai

                                                  ( Bulir bening, 22 Sept 2011 )

Kamis, 22 September 2011

Kata-Kata Bijak






Kehidupan tidaklah layak dijalani kalau kita menjalani profesi hanya demi sukses materi dan tidak menemukan dalam panggilan kehidupan tersebut suatu kebutuhan batin dan makna yang melampaui sekedar mendapatkan uang, makna yang memberikan martabat dan kekuatan pada kehidupan kita ( hal 15, " Berpikir Positif, Bertindak Positif ", Douglas Miller )

Kalau seseorang tidak tahu ke pelabuhan mana ia berlayar, tidak ada angin yang akan mendorongnya ( Seneca , filsuf Romawi )

Sehat itu amanah
Sakit itu hikmah
Mati itu pasti
Orang yang bijak menggunakan waktu sehatnya sebelum datang sakit dan matinya

Kreativitas, kegigihan dan keuletan adalah kunci sukses bagi orang biasa yang meluarbiasakan dirinya

Barangsiapa yang tidak menyibukkan diri dalam kebaikan, niscaya ia akan disibukkan dalam ketidakbaikan

Selasa, 20 September 2011

Kata-Kata Bijak








Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini. 
Jika kamu menginginkan lebih dalam hidupmu, maka kamu harus mempunyai niat untuk berusaha lebih dengan apa yg kamu miliki saat ini

Terkadang kita takut untuk memberi. Padahal apa-apa yang kita miliki sekarang adalah sebuah pemberian

Tidaklah kita dapat mengenal orang lain melainkan dengan 3 waktu :
Tidak dapat kita tahu seorang itu pemaaf melainkan ketika dia marah.
Tidak dapat kita tahu seorang itu berani melainkan pada waktu berjuang.
Tidak dapat kita tahu seorang itu sahabat kita melainkan waktu kesusahan.


Waktu itu hanya ada 3 :
Waktu kemarin yang sudah bukan milik kita lagi
Waktu esok yang belum tentu kita miliki
Waktu sekarang yang harus kita hadapi

Ketika kerja kita tak dihargai, maka saat itu kita sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usaha kita dinilai tak penting, maka saat itu kita sedang belajar tentang keikhlasan
Ketika hasil kerja dan usaha kita dinilai tak berguna, maka saat itu kita belajar ketegaran...

Kelelahan adalah nikmat...
Rasa berat adalah anugerah...
Rasa sakit adalah kekuatan...
Kesedihan adalah tanda akan datang kebahagiaan...

Mengapa Kau Ragu





Mengapa kau ragu
'tuk menggenggam rasa
dan mengirimkan secawan asa
di batas senja

Mengapa kau bisu
'tuk lafalkan warna bintang
yang menaburi kelammu
di batas cakrawala

Mengapa kau takut
'tuk menyapa ombak
yang ayunkan pendar cahya
di batas gelombang

Pergilah ke batas senja, ada binar mentari menyapa
Pergilah ke batas cakrawala, ada kilau bintang merona
Pergilah ke batas gelombang. ada ayun ombak menuansa

Hari Ini Aku Tidak Bisa Berkata Apa-Apa


Hari ini aku tidak bisa berkata apa-apa
tiba-tiba mulutku kelu
dan bisu

Kulihat orang-orang lalu lalang di depanku
sibuk mengejar waktu
aku mematung

Dan disana
kau sedang duduk di taman kota
ingin aku menyapa
tapi tak bisa

dan untuk pertama kalinya
aku yang biasanya banyak bertanya
diam seribu bahasa

kau pun menikmati kediaman ini
dan asik dengan kesendirianmu

mataku menerawang
sepi
sepi sekali
aku seolah merasa seorang diri di tengah keramaian kota

dan berjam jam ku setia di sisi dudukmu
ketika pada akhirnya kau menatapku
mengusap rambutku dan berkata
"ternyata dunia sunyi tanpamu
tanpa celoteh tanyamu
aku rindu itu"

Minggu, 18 September 2011

Saat Tlah Tiba


Seperti sebuah mimpi
meski indah harus berakhir saat terjaga
Seperti seorang kelana
meski jauh harus pulang pada saatnya

Kini saat tlah tiba
Yang mimpi kini terjaga
Yang kembara kini pulang ke asalnya

Kembali sedia kala
Kembali seperti semula


                                                                      ( Little town, 14 Sept 2011 )

Satu Masa



Satu masa bergulir
erat jabat hadir
pelangi terukir
bahagia mengalir

Satu masa merebak
sisakan serunai berderak
mendung berarak
sepi menyeruak

                                            ( Alone, 14 Sept 2011 )

Berapa Waktu Lagi yang Mesti Kita Lalui



Berapa waktu lagi yang mesti kita lalui
agar bisa ku jemput senyummu
sebelum cahya beranjak terbang
berhamburan di sudut-sudut asa

Berapa karang lagi yang mesti kita lewati
agar ku bisa rebah di pantaimu
sebelum camar berpamit pulang
beterbangan di ujung-ujung dermaga

Berapa jarak lagi yang mesti kita jalani
agar ku bisa genggam mimpimu
sebelum senja menutup malam
berkejaran di ujung-ujung penantian

Mari Kita



Mari kita buang segenap prasangka
yang tutupi rentang jernih hati
Mari kita lepas segenap praduga
yang batasi pijar rinai mimpi
Mari kita hapus segenap angkara
yang halangi bentang langkah diri
Lalu
Mari kita padukan bias asa
yang berpendaran di jeram ilusi
Mari kita kumpulkan segala pertanda
yang bertebaran penuhi nurani
dan
Mari kita susun kembali petak demi petak
dari lukisan- lukisan buram
yang kini mulai retak
dan kita jernihkan
kerak-kerak penghalang mata hati

Jumat, 16 September 2011

I B U





Gurat garis kelabu
menoreh jejak masa lalu
jauh sauh dikayuh
dalam jeram diselam
penat pekat berpeluh
tak jua meluruh

Sejuta masa
sepenuh rasa
tertiti terpatri
terpoles tergores

Tlah lupa ria makna
Tlah kelu senyum beku
Jalanan ini sungguh sedu
Gumpal harap kering kelu

Sejumput doa
Sebongkah asa
Selalu terhantar
Terpancar tertebar
Putih buatmu

Puji ikhlasi
bagi sukma diri
tegar tak bertepi
bianglala menanti


                          ( Kota dingin, 8 Mei )

Di Beranda-Mu





Di beranda-Mu aku terpaku
jauh sudah hati melangkah
jejak memberat, resah membasah
punggung pun terbeban

Ingin sebentar ku rebahkan jiwa
di pelataran asma-Mu
Bolehkah aku berteduh
Sedangkan tubuh penuh peluh

Di relungku ku getarkan sepiku
terasing di antara hamparan kurnia-Mu
adakah rindu ini 'kan berpadu
dengan bening cahya-Mu

Aku Rindu Matahari



Aku rindu matahari
'tuk hangatkan sunyi
yang mendera relung diri

Aku rindu matahari
'tuk sinari sepotong hati
dari kelam mimpi

Aku rindu matahari
'tuk membakar puing sepi
dan hangatkan bingkai sanubari

                                                                     ( 10 Sept 2011 )

Kamis, 15 September 2011

LUMPUR LAPINDO





Ada sebuah kisah
Dari negeri antah berantah
Ini bukan kisah indah
Penawar lara penghapus gelisah

Berawal dari lumpur
Tapi bukan sembarang lumpur
Bukan lumpur mainan masa kecil kita
Yang bisa dibentuk jadi boneka rupa-rupa

Kalau selama ini kita meremehkan lumpur
Mengangkat ujung baju kala menginjaknya
Menutup hidung kala melewatinya

Tapi...
Kini lumpur bisa murka
Sungguh tak dinyana ...
yang sering dihina
ternyata bisa mencipta bala

Gedung megah
Rumah indah
Bangunan mewah
Dinding putih

Kini...
Sang lumpur hitam pekat
Bau dan panas
Menginjak keramik mengkilat
Melumeri dinding putih bercat
Mengotori rumah-rumah indah
Menggenangi bangunan-bangunan megah...

Bahkan...
Sang lumpur terus menyembur
tak henti mengucur
Apa yang ada semua terkubur .........

Dia telah menggenangi rumah kita
tempat kita sekeluarga bercengkrama
membuang penat dan dahaga

Dia telah menggenangi pabrik kita
tempat kita mencari nafkah
membanting tulang mengais berkah

Dia telahmenggenangi sawah kita
tempat kita menebar keringat
ditempa terik menjemput hikmat

Dia telah menggenangi kampung kita
tempat kita bersama sanak saudara
melewati masa demi masa

Dia telah menggenangi sekolah anak-anak kita
tempat mereka menggantung masa depan
meraih impian yang dulu begitu menjanjikan

Dia telah menggenangi hati kita
yang kini pedih
bertabur perih...

Dia telah menggenangi harapan kita
hingga kini terkubur
hanyut luntur

Dan...
dia telah mengajarkan kita
bahwa manusia tidak bisa mengharap dari siapa-siapa
selain sepenuhnya hanya berharap pada-Nya.....

                      ( Porong, Sidoarjo, Mei 2006 )

Sahabat









Sahabat adalah mereka yg tahu semua kekuranganmu, namun tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu

Sahabat adalah mereka yg tahu bahwa ada sedih di matamu ketika seluruh dunia percaya dengan senyum di wajahmu.

Sahabat itu seperti bintang , dia memang tak selalu terlihat, tapi kamu tahu dia selalu ada di sana.

Sahabat adalah mereka yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik yg ada dalam diri kamu. Mereka yg selalu berimu semangat.

Sahabat adalah dia yg tahu kekuranganmu, tapi menunjukkan kelebihanmu. Dia yg tahu ketakutanmu, tapi menunjukkan keberanianmu.

Kenalilah sahabat yang disamping kamu. Sahabat ialah yang mengulurkan pelukan ketika kamu terjatuh.

Jangan pernah sakiti sahabatmu, karena sahabat adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa Dia tak ingin kamu sendirian jalani hidup.

Tak peduli siapa yg buatmu patah hati atau berapa lama yg dibutuhkan tuk sembuh, kamu tak akan bisa melewatinya tanpa sahabat.

Sahabat adalah dia yg tahu apa yg dia miliki ketika bersamamu, bukan dia yg menyadari siapa dirimu setelah dia kehilanganmu.



Pantai Pangandaran




Ombak berdebur
bergulung-gulung
ciptakan buih
menepi


Langit biru
Awan mengapas
putih
cerah


Jauh cakrawala
membentang
merentang


Laut keperakan
pernik-pernik air berpendar
putih berkilauan


Ku terpaku ditepi
Sendiri di terpa angin ...
Menatap tlah begitu panjang perjalanan
Selaksa kesadaran akan ada akhir dan terlupakan


Tergores peta jejak
Di atas gundukan pasir merah
Biarlah nanti ombak datang
Menghapus dan menggilas


Ada banyak kenangan yang slalu terngiang
Tersembul di hela nafas kehidupan
Tak kuasa jiwa ‘kan meminggirkan
Rasa asa yang begitu kuat teranyam ....


( Kota kecil, awal Juni )

Topeng



Kau tertawa-tawa
mengejekku
sinis

Wajahmu menyeringai
pekat matamu
sorot mata beringas

Hai ...
kau bersembunyi di balik topeng ...

orasi hebatmu di setiap podium
senyum manismu yang slalu tersungging
lembut tutur katamu setiap kau berucap
itu semua semu
itu semua membutakan
siapa saja yang mengenalmu

Dan kini
dihadapanku kau tanggalkan topeng itu
dan kau mulai melukai jiwaku
(kau sakit, kawan
semakin kau berusaha mengoyak hatiku
semakin dalam kau mengoyak hatimu sendiri ,
semakin kau berusaha menyakiti nuraniku
semakin dalam kau menyakiti nurani sendiri)

Tawamu semakin keras
sumpah serapahmu semakin deras
namun tiba-tiba
kau terhuyung-huyung
rubuh ......
( Malam pekat dan berkabut, 21 Agustus 2011)

SUNGGUH



Betapa indah jika tak pernah ada rasa kehilangan
Betapa tenang jika tak pernah ada yang ditinggalkan
Betapa tentram jika tak mesti ada yang disedihkan

Kepiluan ini sungguh mendalam
Kesendirian ini sungguh menghunjam
Kesepian ini sungguh menikam

Bicaralah



Bicaralah ...
sebelum aku kehabisan darah
saat meniti waktu
tuk sampai di relungmu

Bicaralah ...
betapa aku tlah bentangkan jalan itu
dan taburi langkah ini
dengan serunai yang tertanam di diammu

Tak ada yang dapat kunantikan
selain kesetiaanmu
yang menemani menerobos seratus pilar kabut
di pelataran hati

( aku hanya seorang biasa
yang tak punya apa-apa
kekayaanku cuma puisi )

                                                  ( Kota Dingin, 1 Sept 2011 )

Rabu, 14 September 2011

Ketika



Ketika pertama kali
Curahkan renjana hati
Kugamit lukamu
Melewati sembilu

Ketika dukamu membiru
Kupapah eja doa demi doa
Menuntun nafasmu
Membasuh jiwamu

Berjumpa menyapa kebersamaan
Bersua menoreh kebekuan
Berjalan menyapa keterasingan
Bersama menggenggam kebahagiaan


( Kota kecil, 7 Juni )

DI Tapal Batas

Ada perjumpaan
Ada perpisahan

Bergulir masa
Berpagut asa
Damai jiwa
Satu cita

Ombak menyibak
Debur menyeruak
Buih meriak
Sayonara menghentak

Di cakrawala di tapal batas
Ada harap terhempas
Mimpi terkandas
Detak terpungkas
                                          (Where are you now... , 091011)


Terbentang Jauh

Betapa jalinan waktu
Tlah membuka mata yang terpaku
Perjalanan ini belum usai
Tapi genggam hati harus berderai

Tlah panjang kenang yang merentang
Tlah pijar rasa yang bergetar
Kini biduk kenapa mesti terkoyak
kini janji mengapa mesti tercampak

Oh masa-masa itu
tak kan pernah lagi menderu
Oh hari-hari itu
berserak terus menjauh
Kenangan itu tlah terbentang jauh
Tak kan lagi mampu terengkuh
                                                           ( Kota dingin, 9 Sept 2011 )


Tiba-Tiba Saja




Tiba-tiba saja
kita jumpa
berbagi rasa
berbagi cerita

Tiba-tiba saja
kita bersua
berbagi suka
berbagi duka

Bahagiamu, bahagiaku
pedihmu, pedihku
Hari-hari pun cerah
Tiada lara yang tak tercurah

Mungkin bisa saja
Tiba-tiba saja
Kita berpisah
Tak terbayangkan betapa gundah
Kebersamaan ini harus lepas sudah ...

                                                    ( Beranda, Juni 2011 )






Selasa, 06 September 2011

Tentang Kematian

Kematian adalah hal yang kongkrit, tak satu pun diantara kita menampik keberadaannya. Suka atau tidak, mau atau tidak, setiap jiwa akan dijemput kematian. Kematian adalah pasti bagi yang berjiwa, cepat atau lambat, tanpa kecuali.
"Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian" (QS. Ali Imron 185).


Tak satu jiwa pun mengetahui kapan dan dimana kematian akan menjemputnya .
"Dan tak seorang pun tahu di bumi mana dia akan mati" (QS. Luqman 34)


Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Dan manusia sering tidak menyadari bahwa hari-hari yang dilewati justru semakin mendekatkan diri kepada kematian yang telah ditentukan waktunya.


Kematian itu terus memburu setiap jiwa manusia. Dan kebanyakan manusia justru sibuk memburu banyak hal lain dan melupakan adanya kematian.
"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu. Kendati pun  kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh ..." (QS. An-Nisa : 78)


Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya! Dan pada akhirnya, manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri ...



Senin, 05 September 2011

Tuhan, Kau Beri Anugerah Itu





Ku yakini
hidup, lahir, nasib dan mati
ada di tangan-Mu
dan sehelai daun yang gugur pun
itu kehendak-Mu

Ketika dalam rentang perjalanan waktu
diantara hari-hari yang silih berganti
mampir di kehidupanku
Kau beri anugerah itu, ya Robbi
seperti air mengalir
dingin dan sejuk
membasahi kering nadiku
menetesi kerontang jasadku

Aku terhenyak
selaksa bangkit dari mimpi buram
benarkah ini anugerah
dan fitrah bagi semua insan
ataukah
ini hanya ilusi menyesatkan

Diambang batas kesadaran
aku teringat
tangan dan kaki ini tlah terikat
pada tiang panjang kokoh itu
tapi ku ingin berlari
dan terus berlari
menjemput fitrah ini
menggenggam anugerah terindah
'tuk disemai di taman hati