Minggu, 15 Juni 2025

TAKDIRMU, TAKDIRKU, TAKDIR KITA

Mari kita terus melangkah

Tinggalkan masa lalu yang lelah

Tiga puluh masa bukanlah waktu yang sebentar

Walau angan kita belum kunjung berbinar


Sehelai daun pun sudah ditakdirkan jatuh

Betapa pun ikatan ini adalah ketetapan-Nya

Tak akan ada tanpa kehendak-Nya

 

Lihatlah rambut-rambut perak kita

Tengoklah kerut menghias wajah kita

Sudah bukan lagi kita raja

Berkehendak ini itu penuh sabda


Saatnya kita bercengkrama

Mulai menata

Mumpung matahari masih bersua

Tentang hidup kita yang tak lagi lama

Berjalin genggam yang kini kecoklatan

Saling tersenyum tanpa ada tangis

Esok masih milih kita

Walau kita akan tertatih


Masih ingatkah tanganmu menari

diantara bilah bonang barung bonang penerus

Atau liuk badanmu melesatkan tripple poin

di ring basket malam-malam

lalu kita makan bakso yang dingin

bulan cerah menyapa 

diantara keringat dan tawa


Atau saat kita berdesakan

naik bis kota ke Tunjungan

makan nasi sebungkus berdua dengan riang

tanpa risau esok apakah masih bisa

saku kering sedikit rupiah tersisa


Yakinlah kita

yang terbaik tlah digariskan

walau tentu penuh lika liku luka

mari kita berjalin tangan

takdirmu, takdirku, takdir kita ..


(Kenangan di kota Pahlawan, Oktober 1994)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar