Mari kita terus melangkah
Tinggalkan masa lalu yang lelah
Tiga puluh masa bukanlah waktu yang sebentar
Walau angan kita belum kunjung berbinar
Sehelai daun pun sudah ditakdirkan jatuh
Betapa pun ikatan ini adalah ketetapan-Nya
Tak akan ada tanpa kehendak-Nya
Lihatlah rambut-rambut perak kita
Tengoklah kerut menghias wajah kita
Sudah bukan lagi kita raja
Berkehendak ini itu penuh sabda
Saatnya kita bercengkrama
Mulai menata
Mumpung matahari masih bersua
Tentang hidup kita yang tak lagi lama
Berjalin genggam yang kini kecoklatan
Saling tersenyum tanpa ada tangis
Esok masih milih kita
Walau kita akan tertatih
Masih ingatkah tanganmu menari
diantara bilah bonang barung bonang penerus
Atau liuk badanmu melesatkan tripple poin
di ring basket malam-malam
lalu kita makan bakso yang dingin
bulan cerah menyapa
diantara keringat dan tawa
Atau saat kita berdesakan
naik bis kota ke Tunjungan
makan nasi sebungkus berdua dengan riang
tanpa risau esok apakah masih bisa
saku kering sedikit rupiah tersisa
Yakinlah kita
yang terbaik tlah digariskan
walau tentu penuh lika liku luka
mari kita berjalin tangan
takdirmu, takdirku, takdir kita ..
(Kenangan di kota Pahlawan, Oktober 1994)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar