Minggu, 15 Juni 2025

Mengapa

Kehadiranmu adalah anugerah

Saat ufuk binarkan cahaya

Berbalur doa di ujung penantian

Karunia Sang Maha segalanya


Waktu bergulir hadir

berbagai cerita datang dan berakhir

banggaku juangmu doa tulusku

diantara rinai dan terik

kilau dan perih


Mengapa kini permata berserak

tak tahukah lengan ini bergurat

menghasung mimpimu daya upaya

tangis keringat bersemburat


Mengapa kita tak kembali

pada masa segala tak berpunya

tapi jiwa bermakna tak lekang masa

berjalan beriringan membelah hujan

berpeluk kuat kala kemarau menyengat

sudah terlalu lama sehingga kita

tak mampu lagi merekat asa


(Renungan, kota sunyi, 15 Juni 2025)


 

TAKDIRMU, TAKDIRKU, TAKDIR KITA

Mari kita terus melangkah

Tinggalkan masa lalu yang lelah

Tiga puluh masa bukanlah waktu yang sebentar

Walau angan kita belum kunjung berbinar


Sehelai daun pun sudah ditakdirkan jatuh

Betapa pun ikatan ini adalah ketetapan-Nya

Tak akan ada tanpa kehendak-Nya

 

Lihatlah rambut-rambut perak kita

Tengoklah kerut menghias wajah kita

Sudah bukan lagi kita raja

Berkehendak ini itu penuh sabda


Saatnya kita bercengkrama

Mulai menata

Mumpung matahari masih bersua

Tentang hidup kita yang tak lagi lama

Berjalin genggam yang kini kecoklatan

Saling tersenyum tanpa ada tangis

Esok masih milih kita

Walau kita akan tertatih


Masih ingatkah tanganmu menari

diantara bilah bonang barung bonang penerus

Atau liuk badanmu melesatkan tripple poin

di ring basket malam-malam

lalu kita makan bakso yang dingin

bulan cerah menyapa 

diantara keringat dan tawa


Atau saat kita berdesakan

naik bis kota ke Tunjungan

makan nasi sebungkus berdua dengan riang

tanpa risau esok apakah masih bisa

saku kering sedikit rupiah tersisa


Yakinlah kita

yang terbaik tlah digariskan

walau tentu penuh lika liku luka

mari kita berjalin tangan

takdirmu, takdirku, takdir kita ..


(Kenangan di kota Pahlawan, Oktober 1994)


Sabtu, 24 Mei 2025

HARUSKAH KU TETAP DI SINI

Haruskah ku tetap di sini

memeluk yang terpuruk

membelai yang terkulai

menopang yang tertimpang


Berulang ku teriakkan

pondasi ini tak lama lagi rubuh

perlahan jatuh

tergelincir terbentur


Masa lalu gemilang

tak lama lagi tinggal cerita

tanpa sadarnya kau masih terus jumawa

tertawa bangga diantara lorong hampa


Bangun dan bangkitlah

buka mata dan melangkahlah

sayang hatimu pekat kabut

halangi nur jernih menjemput


( Suatu pagi gerimis, Kota kecil, 24 Mei 2025)





Kamis, 19 Desember 2024

Tak Seperti Mentari

Tak seperti mentari
Yang senantiasa berseri
Memancarkan cahaya pagi
Kepada segenap penghuni bumi
Dan aku sungguh tak bisa
Tersenyum manis diantara duka
Di setiap hari senantiasa
Walau embun berusaha menyapa

Terkadang hati terperangah
Akan hilangnya sapa renyah
Tempat berpegang pandu arah
Hingga toreh jiwa jadi resah

Oh tiga puluh masa ternyata
Belum mampu jalinkan makna
Dan aku terus menapakkan renjana
Pada dinding sepi menggurat asa

(Suatu pagi, 19 Des 2024)

Minggu, 20 Oktober 2024

Kaukah itu?

Empati, simpati
Hanya dapat dimiliki 
Jiwa yang tak mati

Kaukah itu
Yang tiga puluh masa aku setia
Serahkan hati tanpa jeda
Diantara doa-doa
Dan jiwa yang tak pernah putus asa
Akan baik jiwa berpasang baik juga

Ataukah takdir Asiyah mesti berulang
Menjalani hari hitam panjang
Kesabaran dan keegoan
Bersama dalam takdir penentu iman

Kaukah itu
Yang di mimbar fasih melantunkan
ajakan penuh kemanisan
Dan jauh di baliknya menghasung kepedihan
Perih pedih akankah berkesudahan 

Lamgkah-langkah lunglai ini
merapuh melemah
berderai 
berurai 
Waktu tlah berjalan terus berjalan
Jiwa ini bilur tertikam

(Kota kecil, 20 Oktober 2024)

Selasa, 15 Oktober 2024

Bapakku, Diammu

Bapak, aku kangen, Pak
Hari-hari yang kita tapak
sungguh penuh gurat
dan pandang teduh mengikat

Aku rindu masa-masa itu
Dan tawa bersama biru
Kelakar tentang masa lalu
Bentang yang tak pernah berdebu

Maafkan aku, Pak
Egoku dan prasangkaku
Tak jarang membuka jarak 
Panjang waktu melaju
Mendesak jauh diammu keluku

(Okt 2024, bulan kepergianmu ...)

Minggu, 01 September 2024

Usia Kita Menuju Senja

Dulu langkahmu baja
Ragamu anoraga
Kiprahmu menggema

Kini berlalu masa
Semua berubah tak terasa
Tak bisa dipungkiri datang senja 
Keriput, uban, dan cepat lupa

Sebentar lagi masa paripurna
Rehat raga tentram jiwa
Sadari semua tak seperti dulu kala
Keharibaan-Nya bersimpuh alpa dosa

(Malam Senin, 2 Sept 2024, saat senja mengubah warna ...)