Bismillahirrahmanirrahim.
Semua puja puji terpanjat ke Ilahi Robbi. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah saw panutan sejati hidup ini.
Saat ini pertemuan ke dua puluh tiga langkah-langkah akhir destinasi. Mari kita lebih menyemangati menggapai capaian diri.
Pertemuan ke-23 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) Gelombang 28 membahas "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi" dipandu moderator Nur Dwi Yanti, S.Pd.
Moderator menyampaikan prakata bahwa menerbitkan buku di penerbit Indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika ingin dapat mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri, ada banyak kemudahan. Jika melalui penerbit mayor tentu saja harus siap menanti dan ada kriteria tertentu sehingga buku diterima dan masuk kualifikasi di penerbit mayor. Di penerbit indie, dapat diajukan secara individu atau kelompok dengan draft buku harus benar-benar dipersiapkan sebelum diajukan.
Narasumber kali ini adalah Brian Prasetyawan, M.Pd., lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulai aktivitas menulis ketika blog pertamanya (www.praszetyawan.com) dibuat pada 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". Om Ian adalah panggilan akrab Tim TSO, usia muda memiliki segudang prestasi dan karya. Puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Sebagian besar dimuat di Tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. Ada juga yang dimuat di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majalah Hidup. Untuk profil lebih lengkap bisa klik link berikut : https://www.praszetyawan.com/p/profil.html
Bagi penulis pemula tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang kalau di penerbit indie, perlu keluar biaya-biaya untuk mendapat fasilitas penerbitan, atau jika ingin cetak ulang. Tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan. Untuk penulis pemula yang baru pertama kali menerbitkan buku di penerbit indie maka bukunya akan cepat terbit sehingga menjaga semangat menulis. Akan ada waktunya penulis perlu merasa upgrade jika sudah sering menerbitkan di penerbit indie. Tentu perlu tantangan lagi dalam menulis. Barulah penerbit mayor tepat untuk penulis yang ingin upgrade. Di Komunitas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) ada Prof. Eko Indrajit yang bisa membantu untuk tembus ke penerbit Mayor yaitu Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
> Ciri-ciri penerbit indie :
- Proses terbit cepat (1-3 bulan).
> Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie :
> Hindari penerbit seperti berikut :
- ketidakjelasan nasib naskah setelah berbulan-bulan
Jadi, pilihlah penerbit yang terjangkau, berkualitas, dan terpercaya.
> Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan waktu proses terbit buku :
Menerbitkan buku perlu waktu untuk proses terbit, bukan seperti fotokopi yang sehari jadi. Jadi sulit untuk menetapkan deadline kapan buku harus terbit misalkan untuk kenaikan pangkat dan buku diminta agar terbit secepatnya, harus diperhitungkan waktu proses penerbitan sekitar 3 bulan. Jika buku ingin ber-ISBN, prosesnya sekarang ketat. Tidak semua naskah bisa ISBN, kuncinya hindari mencantumkan nama lembaga termasuk di kata pengantarnya. Memposisikan naskah sebagai naskah komersil yang akan diedarkan luas ke masyarakat.
Jadi itulah kelebihan dan kekurangan penerbit mayor dan penerbit indie.
💧Sesi Tanya Jawab :
P = Pertanyaan, J = Jawaban
P1. Imro'atus Sholihah - Jombang : Apa yang membedakan antara penerbit Indie, self publishing, dan Mayor?
J1. Sebenarnya bisa dilihat dari ciri-ciri penerbit Indie. Penerbit mayor kebalikannya penerbit indie, Sebagai contoh: penerbit indie tidak memasarkan buku terbitannya ke toko buku. Penerbit mayor memasarkan buku ke toko buku.
P2. Rosjida Ambawani - Ciamis
2. Bolehkah buku solo berasal dari resume 20 pertemuan saja?
3. Untuk buku solo yg berasal dari resume tentunya judul resume beda-beda jadi apa perlu dikelompokkan dulu berdasar yang dekat tema materinya? Dan semua gambar, dll yg ada di setiap resume dimasukkan ke template? Makasih.
2. Boleh
P3. HR. Utami - Semarang : Apa maksud mudah dan tanpa revisi, pasti terbit? 1. Apakah berarti tulisan kita tidak melalui proses editing atau profreading? 2. Apakah ini yang dimaksud, mengapa Perpusnas menghambat pemberian ISBN, karena mencetaknya cuma sedikit (boleh dikatakan tidak dipublikasikan? 3. Seandainya seperti saya butuhnya bukan hanya 4 (2 utk saya, 2 untuk Perpusnas), tetapi juga akan saya pasarkan pada mahasiswa saya, wong memang buku teori? Bagaimana prosedurnya, bayar putus (hanya mencetak sesuai kebutuhan. atau royalti, seandainya itu bisa terus tiap tahun? Terima kasih.
2. Harus diakui, betul begitu, maka kita harus posisikan naskah akan diedarkan secara luas.
P4. Firman Wahono - Ambarawa : Apakah dalam penulisan ke penerbit indie ini, terdapat tim yang jadi editor untuk mengkoreksi naskah kita atau begitu naskah oleh penulis diserahkan ke penerbit indie langsung cetak? Terima kasih
J4. Ada yang mengkoreksi. Tapi hanya mengkoreksi kesalahan yang sangat terlihat, yang paling sering adalah mengkoreksi agar bisa lolos ISBN.
P5. Denny - Banjarmasin : Bagaimana cara jika ingin menerbitkan buku ber-ISBN untuk naik pangkat, walau dengar-dengar sekarang sangat sulit mendapatkan ISBN dari perpusnas.
J5. Betul, sekarang ini tidak semua naskah bisa ber-ISBN. Kuncinya, jangan cantumkan nama lembaga termasuk di kata pengantarnya. Posisikan naskah sebagai naskah komersil yang akan diedarkan luas ke masyarakat.
P6. Yuni Akbar - Semarang : Kalau di penerbit indie berapa lama rata-rata waktu penerbitan dari masuk naskah sampai jadi buku? Apakah 3 bulan seperti yg diterangkan di atas atau bisa lebih lama lagi? Kalau bukunya sudah jadi trus mau dibeli sekolah, kan harus lewat toko yg punya NPWP, bagaimana solusinya? Apakah KBMN punya semacam toko buku yg bisa memasarkan buku-buku produk dari penulis asuhannya, yg sudah banyak sekali?
J6. Di tempat saya rata-rata 2 bulan. 3 bulan adalah batas paling lama. KBMN tidak punya toko yang ber-NPWP. Mohon maaf belum ada solusinya.
P7. Candra - Jakarta : 1. Untuk penerbit indie yang bang Brian punya itu , pembayaran setelah buku di cetak atau sebelum buku di cetak, 2. Adakah standar yg di minta oleh penerbit indi itu sendiri seperti cover dan gambar.
2. Jika ingin menampilkan foto diri di cover, file fotonya harus yang asli dari jepretan kamera, biasanya ukurannya lebih dari 1 MB. Jangan pakai foto hasil share WA.
P8. Dyah-KBB : Apakah ada beberapa pilihan penerbit dari berbagai kota yang bisa dishare ke peserta? Kalau boleh tahu nama penerbit dan alamatnya. Untuk menghemat ongkir dan memudahkan koordinasi, bisakah penerbit dipilih yang satu kota dengan peserta?
1. Jika anda tinggal di pulau Jawa, ongkir tidaklah terlalu berat walaupun penerbit tidak satu kota.
P9. Sinta - Tangsel Pamulang:
2. Jika 2 buku untuk penulis, 2 buku lagi di perpusnas, maka yg dijual di market place itu 2 buku yg di penulis?
Jadi untuk proses penerbitan buku solo melalui kegiatan KBMN ini adalah
1. Membuat draft buku siap cetak
J10. Menyusun naskah sebaiknya langsung di file word dengan format yang ditentukan penerbit. Maka sebaiknya yang paling pertama adalah menghubungi penerbit dahulu. Untuk langkah no 5, melaporkan buku terbit dengan cara isi form bukti buku terbit.
P11. Azizah Fahmi - Padang : Apakah jika kita hanya mengirimkan draft 30 resume tanpa menambahkan referensi akan bisa terbit buku atau adakah pihak penerbit indie yg akan membantu? Terimakasih.
J11. Iya bisa, tidak apa-apa. Yang penting tulisannya bukan full copas materi narasumber, tapi menuliskan kembali materi narasumber dengan gaya menulis masing-masing.
P12. Latifah - Jakarta Utara : Bagaimana merangkai kata yang baik untuk menarik para pembaca, untuk judul
J12. Learning by doing. Baca banyak tulisan. Kita bisa belajar dari Omjay bagaimana membuat judul yang menarik hingga dibaca puluhan ribu viewers.Tentu judul yang bikin penasaran atau bahkan yang agak kontroversi. Namun ternyata isinya tidak seperti yang kita bayangkan
P13. Kasmin - Tangerang Selatan : Bagaimana menyikapi agar tidak terjadi kasus dalam ketidajelasan nasib naskah, ketentuan berubah-ubah dan mengantisipasi tidak adanya ketentuan yang tersirat dalam pemesanan cetakan di penerbit?
J13. Bisa lihat dari track record penerbit melalui medsosnya. lihat informasinya apakah lengkap. Banyak tanya ke admin penerbitnya. jangan langsung serahkan naskah. Jangan malu-malu bertanya. Kita berhak tau apa-apa tentang penerbit agar kita percaya. Bisa juga kita nilai dari seberapa cepat admin penerbit merespons, bisa juga kita lihat dari jawaban admin. Kalau muter-muter, nggak tuntas menjawab, bisa kita nilai sendiri hehe.
1. Apakah ketika kita menerbitkan buku dengan penerbit indie yang Pak Brian maksudkan di MOU nya ada poin yang menyatakan kita terikat kontrak sekian tahun dengan penerbit tersebut? (Kebetulan saya sedang terikat kontrak 6 tahun untuk naskah yg berbentuk novel dg salah satu penerbit indie)
2. Kelengkapan naskah ( prakata, daftar isi, profil penulis) oleh penulis juga.
P15. Lucy - Bandung : Kalau boleh tahu berapa harga per gambar jika nanti ada kelebihan gambar dalam tulisan saya, karena dipastikan gambar dalam tulisan saya lebih dari 10.
J15. Saya infokan nanti. Saya tanyakan ke penerbit dahulu.
P16. Saepul Hikmah - Rengasdengklok Karawang : Apakah dengan memberikan fasilitas kemudahan kepada penulis, penerbit indi memberikan jaminan hukum andaikata penulis itu bukunya bermasalah dengan hukum?
J16. Kalau di penerbit indie, naskah merupakan tanggung jawab penulis.
1. Terima kasih sudah memberi info ttg penerbit buku.
2. Apa fungsi kelompok-kelompok yg telah dibagi bbrp waktu lalu? misal saya kebagian Koko Sim, dst,
3. silakan dibaca ulang dulu (proofreading) siapa tahu ada salah ketik jadi bisa kita perbaiki (self editing).
P18. Suhartini - Lombok : Apakah biaya yang 400 rb itu sudah termasuk biaya untuk ISBN, atau ada tambahan biaya lagi ketika buku kita lulus ISBN?
J18. Sudah termasuk ISBN. Tapi lolos atau tidaknya ISBN tergantung dari perpusnas.
Semangat menulis dan menerbitkan buku solo
(Rosjida Ambawani, dari kota kecil Ciamis, Resume Pertemuan ke-23 Kelas Belajar Menulis Nusantara - KBMN Gelombang 28, terus melangkah, melangkah terus...)
woww.. lengkapnya..
BalasHapusMakasih
Hapus