Bismillah.
Alhamdulillah, puji syukur kepada yang Dzat yang Maha Kasih terlampau kasih, Maha Penyayang yang sungguh menyayang. Sholawat dan salam kepada junjungan, insan mulia panutan semua insan.
Hari ini, malam ini adalah malam kedua kita bersua, bersama para penulis yang membawa semangat di dada untuk meraih cita-cita mulia. Engkau boleh mengatakan ini baru pertemuan kedua dari tiga puluh pertemuan yang dicanangkan. Bagiku, ini sudah langkah kedua yang aku ayunkan untuk mencapai tangga ke-30 di depan ...
Semangat kawan, mari kita perdalam kemampuan kita membuat tulisan. Tak kenal lelah, lillah dengan niat ibadah.
Pertemuan kedua ini bertema "Menjadikan Menulis sebagai Passion", dibuka oleh moderator Widya Setianingsih, S.Ag. yang akrab disapa Mbak Widya Arema (Arek Malang, kota kelahiran saya) dengan quotes yang membuka mata, "Orang-orang sukses hanyalah mereka yang memiliki kebiasaan sukses" (Brian Tracy).
Pernahkan sahabat sekalian melakukan sesuatu hal dengan rasa senang? Melakukan sesuatu hal dengan rasa cinta? Itulah Passion. Passion atau renjana merupakan kecenderungan yang kuat terhadap suatu aktivitas yang digemari oleh seseorang. Hari ini kita akan menumbuhkan passion kita dalam menulis.
Pemateri kali ini adalah seorang ibu dengan sosok keibuan, ucapannya lembut bak air yang mengisi kekosongan jiwa.. tarian penanya lincah tak pandang usia, menebar tetesan renjana bagi setiap insan untuk berkarya, dialah ibu bagi literasi bangsa, sang Ratu antologi yang tak pernah lelah memberi makna dalam tiap titian usia, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. yang akrab disapa bunda Kanjeng.
Lewat untaian kata-kata Mbak Widya yang indah bermakna terus mengalir membawa jiwa tak lekang semangat untuk (memulai) berkarya walau kesibukan melanda ....
Setiap kita adalah buku sejarah...
Tergantung kita akan menutup atau membuka sejarah.
Membuka, dan menarikan setiap deretan huruf kenangan.
Menggoreskan kisah sejarah dalam keabadiaan. Dikenang dalam peradaban.
Ataukah... Mengunci rapat buku itu. Dan hanya kita yang tahu.
Tertinggal.... Terlewat... Terkubur tanpa kenangan. Dan terlupakan tanpa perayaan.
Hanya kita bisa yang menentukan.
Jadikan kisah kita abadi dalam ingatan sejarah.
Sekarang atau tergerus roda kesibukan.
Pertemuan diawali dengan kesatuan hati dan rasa untuk semangat berkarya, dilanjutkan dengan doa untuk kelancaran dan kemudahan acara. Harapan dari Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau bunda Kanjeng bahwa peserta di angka 1000 itu luar biasa, yang menjadi tantangan bagaimana agar semua peserta bisa naik kelas yaitu menulis, hal ini menjadi PR dari Tim Solid OmJay (Dokjay) dalam membersamai grup ini. Semua alumni/lulusan Kelas Belajar memiliki potensi yang luar biasa dan harus dilejitkan khususnya di dunia literasi
Passion atau renjana adalah satu gairah yang dimiliki semua orang. Bagaimana kita menjaga passion dan menyalurkannya menjadi sesuatu yang selalu ingin dan ingin lagi, sehingga tidak pernah padam. Begitu juga dengan proses menulis. Ketika kita sudah menjadikan sebagai renjana, maka giat menulis tidak akan padam karena sudah menjadi kebutuhan bukan beban. Dengan menulis langsung plong. Poin pentingnya, mampukah kita menjadikan menulis itu satu kebutuhan atau food suplemen yang akan membawa kita menjadi orang yang mulia.
Mengapa kita menulis karena dapat mengedukasi pembaca untuk berliterasi, menghasilkan uang untuk traveling, diundang ke istana maupun keliling Indonesia.
Melalui penyajian powerpoint yang menarik padat berisi, Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd memaparkan dalam " Writing is My Passion"
Profil beliau adalah lulusan S1 di FKIP Bahasa Inggris UNS & S2 di UMS, seorang guru pegiat literasi nusantara, editor sejak tahun 2019, motivator, dan blogger, telah menulis 21 buku dan mendapat penghargaan/apresiasi sebagai Ratu Antologi
Paparan Bunda Kanjeng yang singkat padat antara lain :
Mengapa menulis menjadi passion yang menjanjikan karena kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir dan hingga hari ini profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial.
Kendala dan hambatan dalam menulis adalah merasa tidak bakat menulis, tidak memiliki waktu mauoun ide, tidak mau dikritik, dan tidak suka menulis.
Masyaallah resume nya sangat luar biasa. Punya ciri khas menulis. Dan saya suka.
BalasHapusMakasih
HapusWow.. lengkap resumenya..
BalasHapusSemangat...
Bagus. Semangat.
BalasHapus