Dari negeri antah berantah
Ini bukan kisah indah
Penawar lara penghapus gelisah
Berawal dari lumpur
Tapi bukan sembarang lumpur
Bukan lumpur mainan masa kecil kita
Yang bisa dibentuk jadi boneka rupa-rupa
Kalau selama ini kita meremehkan lumpur
Mengangkat ujung baju kala menginjaknya
Menutup hidung kala melewatinya
Tapi...
Kini lumpur bisa murka
Sungguh tak dinyana ...
yang sering dihina
ternyata bisa mencipta bala
Gedung megah
Rumah indah
Bangunan mewah
Dinding putih
Kini...
Sang lumpur hitam pekat
Bau dan panas
Menginjak keramik mengkilat
Melumeri dinding putih bercat
Mengotori rumah-rumah indah
Menggenangi bangunan-bangunan megah...
Bahkan...
Sang lumpur terus menyembur
tak henti mengucur
Apa yang ada semua terkubur .........
Dia telah menggenangi rumah kita
tempat kita sekeluarga bercengkrama
membuang penat dan dahaga
Dia telah menggenangi pabrik kita
tempat kita mencari nafkah
membanting tulang mengais berkah
Dia telahmenggenangi sawah kita
tempat kita menebar keringat
ditempa terik menjemput hikmat
Dia telah menggenangi kampung kita
tempat kita bersama sanak saudara
melewati masa demi masa
Dia telah menggenangi sekolah anak-anak kita
tempat mereka menggantung masa depan
meraih impian yang dulu begitu menjanjikan
Dia telah menggenangi hati kita
yang kini pedih
bertabur perih...
Dia telah menggenangi harapan kita
hingga kini terkubur
hanyut luntur
Dan...
dia telah mengajarkan kita
bahwa manusia tidak bisa mengharap dari siapa-siapa
selain sepenuhnya hanya berharap pada-Nya.....
( Porong, Sidoarjo, Mei 2006 )